PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA MULAI TERLUPAKAN

Minggu, 1 Juni 2014

Jakarta - Pancasila seolah-olah mulai terlupakan sebagai sebuah ideologi negara. Pemerintah dan seluruh pihak diharapkan mengembalikan Pancasila menjadi ideologi.

“Pancasila itu ideologi negara, bukan hanya filsafat moral dan tingkah laku orang per orang. Sejak Orde Baru, Pancasila dilupakan sebagai ideologi negara. Orde Reformasi juga ikut melupakan,” kata Guru Besar Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, Soedijarto kepada SP di Jakarta, Sabtu (31/5).

Dia menjelaskan, nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan untuk membangun tatanan kehidupan masyarakat lebih baik. Dia juga menyatakan dibutuhkan sebuah revolusi mental terhadap seluruh komponen bangsa.

“Pejabat harus mengabdi pada negara bukannya untuk sekadar mencari uang. Mental seluruh masyarakat dan pejabat mesti berubah,” jelasnya.

Sementara itu, Sekretaris Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) MPR, Ahmad Basarah berpendapat, Pancasila dalam tataran ideologis maupun implementasi masih saja terdapat masalah dan kekurangan.

“Pemahaman ideologis sebagian kelompok maupun anggota masyarakat kita, termasuk sebagian penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah masih belum sepenuh hati menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara,” kata basarah.

Oleh karena itu, diperlukan revolusi mental bangsa Indonesia dalam memahami dan mengimplementasikan kembali nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai yang patut dijalankan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

“Revolusi mental Pancasila dimaksudkan agar segenap anak bangsa merubah paradigma berpikir dan bertindak, dari mental pesimisme dan skeptisisme terhadap Pancasila dan ke-Indonesiaan, menjadi mental yang optimis dan positif terhadap nilai-nilai Pancasila,” ujarnya.

Dia menuturkan, selama ini Pancasila mengalami proses pendangkalan, bahkan pendistorsian nilai-nilai. Pasalnya, Pancasila hanya dipahami sebagai rumusan sila-sila tanpa makna. Selain rumusan lima sila, tidak ada dokumen lain yang dapat dibaca oleh bangsa Indonesia untuk memahami makna filosofi yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

“Karenanya, PDI-P menghendaki agar seluruh isi pidato Bung Karno tentang Pancasila tanggal 1 Juni 1945 di depan sidang BPUPKI dijadikan bahan rujukan bagi bangsa Indonesia untuk memahami makna filosofi sila-sila yang terdapat dalam Pancasila,” tutur Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P ini.

Dalam pidato tersebut, masih kata Basarah, dapat terlihat dengan jelas filsafat yang sedalam-dalamnya tentang cita-cita dan rancang bangun sebuah negara Indonesia merdeka.

“Pengakuan terhadap Pancasila 1 Juni 1945 tersebut jangan dilihat dari aspek rumusan sila-sila Pancasilanya, tetapi lihat dan maknailah secara filosofis dari Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, pemerintah perlu segera menetapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahirnya Pancasila," tegasnya.

Dengan demikian, menurutnya, Pancasila tidak lagi menjadi ideologi utopis. “Pancasila nantinya akan jadi ideologi yang bekerja di tengah masyarakat dan bangsanya sendiri. Sehingga baik masyarakat maupun pemerintah harus menuju kepada cita-cita masyarakat Pancasila yang hakiki yaitu masyarakat yang religious, adil, bersatu, demokratis dan sejahtera lahir dan bathin,” pungkasnya.

Pada 2013, PDI-P memperingati hari kelahiran Pancasila di Tugu Proklamasi, Jakarta. Menurut Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri saat berpidato kala itu, kelahiran Pancasila merupakan salah satu tonggak sejarah Indonesia. Tanpa momentum tersebut, menurut Mega, Indonesia tidak akan menjadi bangsa yang merdeka dan terus berkembang ke depannya.

“Ini tonggak sejarah bangsa yang luar biasa tapi justru sepertinya diabaikan,” kata Mega.

Pada kesempatan tersebut, Mega menagih janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadikan 1 Juni sebagai libur nasional. Mega menyebutkan, janji tersebut disampaikan SBY pada waktu pidato kenegaraannya 2011.

“Kami mengusulkan 1 Juni ini libur nasional, sampai sekarang belum dilakukan,” ucapnya.

Mega menambahkan, sudah sepatutnya presiden mengukuhkan tanggal tersebut sebagai libur nasional. Dengan begitu, masih kata Mega, maka seluruh elemen masyarakat dapat memperingati bersama momentum tersebut. Sumber:Suara Pembaruan

Related Posts:

KINERJA POLDA SUMUT DIPERTANYAKAN



Wartanusantaraku.com  Medan 13 Mei  2014, Berdasarkan Surat  Panggilan No:S.Pl/2705/IV/2014/Reskrim dan pemberitahuan dari Polda Sumut  akan diadakan gelar perkara tgl 13 Mei 2014 Jam 14.00 WIB perihal perkara tindak pidana “Pemalsuan Surat dan atau Penggelapan hak atas barang yang tidak bergerak”, yang diduga dilakukan oleh sindikat Manogar Darwis Sitorus dkk. Ny. Netty br. samosir yang hampir berusia 80 tahun ini berangkat ke Medan Sumut. Perkara ini jalan ditempat sejak dilaporkan tahun 2009. Perkara ini dilanjutkan setelah Komponas  turun No:B/436/III/2014/Kompolnas.  Korban ny. Netty Br. Samosir yang berdomisili di Jakarta tiba di Polda Sumut  1(satu) Jam sebelum agenda gelar perkara dilaksanakan tetapi sesampainya di ruang Wasidik Polda Sumut staf administrasinya mengatakan gelar perkara diundur karena pimpinan gelar perkara mendadak di panggil PUSAT (Mabes Polri).


Penundaan  gelar perkara tidak diketahui hingga kapan harus diagendakan ulang ujar staff di ruang wasidik Polda Sumut.  Korban Ny. Netty Br. Samosir yang sudah datang jauh dari Jakarta sangat kecewa dengan  perlakuan seperti  ini, padahal sudah 2 minggu sebelum acara gelar perkara ini kami sudah diberi tahu masak tiba tiba ditunda dengan alasan tidak masuk akal, seharusnyakan sudah masuk agenda kerja Polda Sumut imbuh Ny, Netty Br. Samosir.  Masyarakat kembali mempertanyakan profesionalitas Polri dalam pelayanan kepada masyrakat, tugas dan slogan Polri mengayomi dan melindungi masyarakat belum sesuai harapan masyarakat  khususnya di Polda Sumut. (AME)



Photo: Ny, Netty Br. Samosir dan Rektor STT Paulus Medan Prof Dr. C.P. Manalu M.Th.





Related Posts:

DEKLARASI RELAWAN JOKOWI-JK MUNCUL DI MANA MANA


Batupenjuru Kembali muncul komunitas masyarakat yang mendukung Jokowi-JK  menjadi Capres dan Cawapres komunitas ini menamakan komunitasnya “Forum Relawan Jokowi” acara diadakan bertempat di Galeri Resto & Cafe dengan acara  dialog antara Pimpinan Gereja Lintas Aras dengan Bpk. Jokowi, Jumat 30 Mei Jam 18.30. tetapi hingga narasumber utama Bp. Luhut Panjaitan, Alwi Shihab, Harun Al Rasyid  meninggalkan acara Jokowi belum juga datang.  Alwi Shihab mantan mentri agama di era Gus Dur banyak dicecar pertanyaan banyaknya kelompok aliran keras yang muncul di Indonesia, bagaimana sikapnya Alwi Shihab berkali kali menjelaskan aliran puritan memang ada di Indonesia tapi tergolong kecil tidak seperti negara Pakistan jumlahnya.  Alwi Shihab dan Luhut Panjaitan memberikan garansi bahwa di bawah kepemimpinan Jokowi-JK  kelak hubungan antar agama akan terjaga harmonis seperti di era Gus Dur imbuhnya. Menjawab pertanyaan dari floor seorang ibu pendeta mengenai permasalahan Gereja GKI Yasmin yang hingga saat ini belum juga terselesaikan Luhut Panjaitan berjanji akan serius menyelesaikannya jika Jokowi menang.  Pada hari dan jam yang sama sejumlah insan musik Indonesia yang menyatakan diri sebagai relawan Duta Joko Widodo,  menggelar Konperensi Pers untuk mencanangkan Dukungan Insan Musik  Indonesia untuk Joko Widodo sebagai Presiden Anti Pembajakan, Jum’at, 30 Mei 2014, tempat Jl. Johar Resto n Rendezvous Menteng.  Dengan Narasumber: Rahayu Kertawiguna, Pendiri Nagaswara, Faank Wali, vokalis Band WALI, Delon, Tika Ramlan dan artis lainnya. (AME)

Related Posts:

BERBALIK DAN BERKARYA BAGI-NYA





Kisah Para Rasul 3:11-22
Bukankah telah  dikatakan Musa: Tuhan Allah akan membangkitkan  bagimu  seorang nabi dari antara saudara-saudaramu,  sama seperti aku : Dengarkanlah dia dalam segala sesuatu…(ayat.22)
WartaNusantaraku.com  Peristiwa  penyembuhan orang lumpuh sejak lahir yang dilakukan Petrus (ayat 1-10), membuat orang-orang ramai mengerumuni Petrus.  Keadaan seperti iniadalah kesempatan yang sangat baik bagi Petrus untuk berkotbah tentang Injil. Pada ayat 12, Petrus menjelaskan bahwa apa yang terjadi kepada orang  lumpuh itu bukan karena kehebatan dan kuasa Petrus tetapi murni hanya karena kuasa Allah. Hal ini menjadi pelajaran bagi  para “hamba-hamba Tuhan dan pelayan Tuhan, dimana  mukjizat yang benar seharusnya hanya meninggikan nama Tuhan, bukan pengkotbahnya. Kemudian pada ayat 13 Petrus menegaskan bahwa Allah Israel, yaitu Allah yang dipercaya oleh nenek moyang merekalah yang menyembuhkan orang lumpuh itu. Maksudnya bahwa mukjizat itu adalah pekerjaan Allah yang dikenal oleh orang Israel sejak dahulu, yaitu Abraham Ishak dan Yakub yang seharusnya sudah mereka percayai oleh karena janji-janji Nya kepada mereka (12-13). Ayat ini juga menjelaskan bahwa mukjizat itu terjadi oleh karena Kristus adalah penggenapan nubuatan nabi-nabi sejak dahulu (21-24). Oleh karena itu kedatangan Kristus sebenarnya bukanlah sesuatu yang aneh untuk mereka percayai, sebab kedatangan-Nya adalah penggenapan janji Allah. Petrus menjelaskan bahwa orang Israel harus percaya kepada Allah dan hamba-Nya yaitu Yesusyang telah menyembuhkan orang lumpuh itu. Kata hamba-Nya dikutip dari Yesaya 52:13-53, yaitu nama Mesias. Petrus menyebut Yesus sebagai hamba karena penderitaan-Nya yang tertulis dalam ayat 14-15, dimana Dia merendahkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba seperti yang dijelaskan dalam Filipi 2:7 khotbah Petrus ini bukan hanya menjelaskan fakta tentang Kristus, tetapi juga menegor dosa-dosa mereka, yaitu tentang apa yang telah mereka lakukan kepada Yesus. Dosa mereka adalah merupakan dosa yang sangat keji yang selama ini tidak mereka perhatikan. Selama ini mereka berpikir bahwa mereka telah melakukan tindakan yang benar dengan menyalibkan Yesus, ternyata itu adalah dosa yang sangat besar. Kemudian di ayat 14 menjelaskan lebih dalam lagi dimana tindakan mereka adalah merupakan penghianatan yang keji terhadap kebenaran, yaitu mereka membunuh Yesus yang benar dan membebaskan si pembunuh. Dalam Perjanjian Lama(PL) Mesias sering disebut sebagai yang kudus dan yang Benar (Yesaya 53:11; Yeremia 33:15). Selanjutnya pasal 3:15, merupakan bagian isi kotbah Petrus yang sangat penting, disini Petrus sedang memperlihatkan dosa-dosa para pendengarnya kembali dengan lebih tegas, dimana mereka telah membunuh Yesus yaitu Dia yang Petrus sebut sebagai yang memimpin kepada hidup, “Demikianlah Ia, Pemimpin kepada hidup telah kamu bunuh…” ini menunjukkan betapa besarnya dosa mereka. Mereka telah menolak dan membunuh Tuhan yang member kehidupan kepada manusia. Selanjutnya ayat ini juga berkata “…tetapi Allah telah membangkitkan-Nya dari antara orang mati. Berita ini juga sebenarnya bernuansa penghakiman Allah terhadap ketidakbenaran orang Yahudi. Kebangkitan Yesus adalah kebenaran yang terbukti sendiri. Kemudian dalam ayat 15 ini juga Petrus berkata “Tentang hal itu kami adalah saksi,” perlu kita ingat bahwa persyaratan sebagai rasul Kristus adalah orang yang melihat dan menyaksikan kebangkitan Yesus dengan mata sendiri.  Kata bersaksi dalam bahasa Yunani  Marturia”  itu selalu ada hubungannya dengan martir, artinya bahwa setiap orang yang menjadi saksi bagi Kristus harus siap menjadi martir. Pada ayat 16, menjelaskan bahwa kepercayaan dalam nama Yesus telah member kesembuhan kepada orang lumpuh itu. Petrus beriman kepada Yesus, tetapi orang lumpuh itu sepertinya tidak memiliki iman yang sama dengan Petrus, tetapi ia mentaati Petrus yang beriman, itu berarti bahwa akhirnya orang lumpuh itu juga percaya pada apa yang dipercaya Petrus (dia juga beriman). Kemudian dilanjutkan dengan ayat 17, dimana Petrus seolah memberikan penghiburan kepada para pendengarnya dia berkata “Kamu telah berbuat demikian karena ketidaktahuan,” ini merupakan kalimat yang menghibur dan memberi pengharapan kepada orang-orang berdosa yang membunuh Yesus Kristus Anak Allah, mereka mempunyai kesempatan untuk bertobat dengan kata-kata yang menghiburkan.  ”Kamu telah  berbuat  demikian karena  ketidaktahuan,”   perkataan ini bukan berarti bahwa mereka dianggap tidak berdosa.  Tindakan mereka tetap berdosa meskipun  dilakukan karena ketidaktahuan.  Hanya disini  Petrus menegor  mereka dengan lembut.  Pada ayat 18, Petrus menjelaskan  bahwa penderitaan Mesias adalah penggenapan nubuatan, bahwa Mesias  yang diutus-Nya harus menderita.  Selanjutnya  pada ayat 19-20 Petrus menantang  orang-orang Yahudi  agar bertobat dari dosa-dosa mereka dan berbalik kepada  Allah. Ini akan berarti mengubah pandangan mereka tentang  Yesus dan mengakui Dia sebagai Mesias Allah. Hasilnya akan berupa kenyataan bahwa dosa mereka dihapuskan dan mereka dapat menikmati  waktu kelegaan yang dijanjikan oleh nabi-nabi Perjanjian  Lama, yang mengacu kepada  kedatangan Tuhan yang kedua kali. Lebih lanjut  kata “Pemulihan segala sesuatu”, adalah juga menunjuk kepada kemuliaan  yang akan terjadi pada waktu Yesus dating kedua kali, pada waktu itu semua mahluk  akan menjadi baru, itulah kemuliaan (3:21). Ayat 22, merupakan lanjutan dari ayat 21, dimana  pada ayat 21 telah dikatan  tentang waktu  Yesus tinggal di sorga sampai pemulihan segala sesuatunya. Waktu yang dimaksud disini mengacu pada masa perjanjian Baru, yaitu waktu bagi jemaat untuk percaya kepada-Nya. Musa telah membicarakan tentang masa itu Perjanjian Lama dalam Ulangan 18:15 dikatakan “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku  akan dibangkitkan bagimu oleh TUHAN, Allahmu; Dialah yang harus kamu dengarkan” ayat ini telah digenapi dalam Kristus. Nabi (yang dimaksud oleh ayat terdebut adalah  Yesus) adalah pengantara manusia dengan Allah (1 Tim 2:5). Jika kita mengadakan  penelitian antara Musa dan Yesus Kristus, memang memiliki banyak persamaan dimana Musa memimpin umat Tuhan dengan Firman dan Roh Kudus, bukan dengan pedang. Hidup matinya Umat Allah bergantung pada Firman Allah yang disampaikan Musa.  Demikian pula Mesia memimpin jemaat dengan Firman dan Roh Kudus, hidup atau matinya jemaat bergantung pada Firman Mesias.
RENUNGAN     
    Kuasa ilahi yang nyata di dalam diri murid Yesus baik yang memampukan mereka untuk bersaksi maupun untuk melakukan hal-hal yang luar biasa memberikan pemulihan bagi orang yang lumpuh. Biasanya dalam menghadapi orang-orang yang mengalami keterbatasan secara fisik seperti di lumpuh itu, kita sama dengan orang-orang Kristen pada waktu itu, yaitu cukup memberikan nya seperak atau dua perak, dan hal itu sudah cukup dan selesai. Atau tidak jauh beda dengan program-program diakonia yang ada di gereja menganggarkan sekian ratus ribu rupiah perorang dan itu sudah cukup  sampai disitu, tanpa menyentuh bagaimana meningkatkan taraf hidupnya atau member I suatu kesempatan  yang memungkinkannya memiliki masa depan yang baik.  Seperti yang dilakukan oleh Petrus dan murid-murid Yesus dengan mengatakan: “emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu…” dengan menyembuhkan kelumpuhan orang tersebut dan membuatnya bisa berjalan, memberikan harapan yang besar untuk berkarya dan memiliki masa depan yang lebih baik. Dalam mengalami hidup yang berpengharapan yang dikerjakan oleh juasa Kristus lewat pelayanan, hendaknya membuat kehidupan seseorang mengalami pembaharuan, yaitu berbalik pada-Nya hidup dalam pertobatan yang sesungguhnya. Hidup yang  sungguh mengasihi Tuhan yang takut pada Tuhan, serta bagaimana hal itu nyata  lewat kasih kita kepada sesame umat manusia secara tulus serta hidup dalam kebenaran, kejujuran, keadilan  sejalan  dengan Firman Tuhan.  Dia akan bekerja melalui kita sebagaimana Dia bekerja melalui Petrus, yakni untuk menguatkan dan memulihkan sesama. Doa : (Bapa sorgawi, kami menyerahkan hidup kami secara utuh sebab hanya Engkau yang dapat kami andalkan memberkati kami) Amin.
Sumber : Dok. Pdt. Ny. Fransisca H.E. Todingdatu M, Persiapan Majelis Jemaat GPIB Sejahtera.

Related Posts:

SIKAP BIJAKSANA TERHADAP KRITIK


BatuPenjuru  Suatu kali seorang pemain musik muda mengadakan konser perdana. Setelah konser itu selesai ia dicela habis-habisan oleh para kritikus. Pemain musik itu merasa sedih dan depresi. Melihat hal itu Jean Sibelius, komposer Finisia yang terkenal, menghibur dia. Sambil menepuk-nepuk pundak pemain musik itu, ia berkata, “Ingat, nak, tidak ada satu pun kota di seluruh dunia yang mendirikan patung penghargaan untuk kritikus.” 

Orang yang baru pertama kali tampil biasanya melakukan banyak kesalahan dan sering kali mendapat banyak kritikan dan ditolak. Tahun 1954 Jimmy Denny, manajer Grand Ole Opry memecat Elvis Presley setelah pertunjukan dan berkata, “Kamu tidak akan terkenal, nak. Sebaiknya kamu kembali menjadi sopir truk saja.” 

Tahun 1959 pejabat tinggi Universal Pictures memecat Clint Eastwood karena giginya cuwil, jakunnya menonjol dan bicaranya terlalu pelan. 

Tahun 1962 perusahaan rekaman Deka menolak 4 pemuda yang gugup bermain untuk rekaman mereka yang pertama. Mereka berkata, “Kami tidak suka mereka. Kelompok gitaris tidak begitu popular.” Keempat pemuda itu adalah “The Beatles.” 

Orang-orang itu tidak patah semangat. Mereka maju terus dan mencari peluang lain. Akhirnya sejarah membuktikan mereka semua menjadi orang yang sukses. Jika anda mendapat banyak kritikan dan ditolak pada penampilan perdana anda, jangan putus asa! Maju terus dan temukan peluang yang lain! Suatu kali sejarah akan membuktikan kesuksesan anda! (Kisah Inspirasional, Johny The, Penerbit Andi Yogya)
-- 
Salam Karakter,

Sumber : William Wiguna, careplusindonesia@gmail.com
info@careplusindonesia.com

Related Posts: