Konferensi Nasional Ekumene 2019: Urgensi dan Penting Pendidikan Karakter

KAIROS.COM, Jakarta – Ekumene National Conference 2019 diselenggarakan STT Ekumene dengan tema: Peran Perguruan Tinggi Kristen bagi Masyarakat melalui gereja, sekolah dan organisasi berlangsung selama dua hari Kamis/Jumat (28/2-1/3) di Mall Artha Gading Lantai 3, Kelapa Gading.

Adapun para pembicara yang ditampilkan adalah Prof Dr Thomas Pentury, Dr Erastus Sabdono dan Prof Dr Sunding Panja MSi, MA. Konferensi ini diikuti sekitar 250 orang dari kalangan mahasiswa STT Ekumene, teolog dan tamu undangan.

Pada sesi pertama, Kamis (28/2) tampil sebagai pembicara Dirjen Bimas Kristen Prof Dr Thomas Pentury membawakan tema: Implementasi Pendidikan Karakter pada Perguruan Tinggi Teologia. Dalam perjalanan hidup berbangsa dan bernegara di Repblik Indonesia ini, pendidikan karakter sebagai pilar kebangkitan bangsa.

“Dewasa ini ada 380 STT yang terdaftar di kementerian agama, namun pertanyaan nanti setelah lulus mau kemana? Ini perlu dijawab Ketua STT Ekumene atau Dewan Kurator,” tegas Thomas Pentury.

Dipaparkan mantan Rektor Universitas Pattimura ini, bahwa ada tiga dasar pendirian Perguruan Tinggi Teologia yaitu pertama; membangun pengetahuan, kedua; membangun ketrampilan dan terakhir membangun prilaku.

“Dari tiga hal di atas, hanya satu yang tidak bisa digantikan karena perkembangan Revelusi Industri 4.0 yakni membangun perilaku,” tuturnya mengingatkan.

Pendidikan karakter di lingkup perguruan tinggi dilaksanakan melalui tridharma perguruan tinggi, budaya, organisasi, kegiatan, mahasiswa dan kegiatan keseharian.

Menurut Thomas Pentury melihat implimentasi ini pada tataran perguruan tinggi keagamaan atau teologi, tentu saja positif bahwa perguruan tinggi teologi akan sangat memberi aksentuasi pada pendidikan karakter.

Program doktoral sebaiknya tidak lagi memperdebatkan text-text alkitab tetapi penelitian problem solving menyelesaikan masalah masalah sosial. Mengutip pendapat ahli filsuf dan hasil penelitian ilmiah bahwa makin riligius seseorang intelektualnya menurun dan makin miskin, sebaliknya makin kaya seseorang makin tidak religius, ini hasil survei dan calon-calon pendeta jangan terpengaruh pada pendapat ini, ungkap Thomas.

Related Posts:

PEWARNA Sambangi Pesantren Al-Zaytun, Indramayu


KAIROSPOS.COM, Indramayu - Pengurus Pusat Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNAIndonesia) mengunjungi sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) terkemuka yang terletak di kawasan Indramayu, Jawa Barat, Al-Zaytun. Kunjungan dipimpin langsung oleh Ketua Umum PEWARNA Indonesia Yusuf Mujiono, dan diterima langsung oleh perwakilan Pengurus Pondok Pesantren Al-Zaytun, yakni Rukyal Basri dan Latif Wahyu Haryono, di Wisma Tamu Al-Islah, Komplek Ponpes Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat, Rabu (27/02/2019).

Saat menerima delegasi PEWARNA, Rukyal dan Latif membuka perbincangan seputar ide-ide dalam
menjaga perdamaian dan keberagaman yang memang selama ini menjadi concern dari Ponpes Al-
Zaytun. Ide itu pula, lanjutnya, seperti yang selama ini dipopulerkan oleh Syaykh Abdussalam Panji
Gumilang, sang pendiri Ponpes. “Ada banyak pendeta yang datang ke sini, kebetulan juga tempat kami beberapa kali pernah digunakan untuk penyelenggaraan perayaan natal. Jadi sewaktu bapak masuk di gerbang kami tadi terdapat prasasti yang tertulis ‘Al Zaytun Pusat Pengembangan Budaya Toleransi dan Perdamaian’,” jelas Latif.

Di tengah perbincangan Sekretaris Ponpes Al-Zaytun, Abdul Halim, menyempatkan diri untuk menemui awak PEWARNA Indonesia. Halim menjelaskan sekilas kiprah Al-Zaytun yang diresmikan sejak tahun 1999. “Kita mulai membangun gedung ini pada tahun 1996. Lalu pada tahun 1999 barulah jadi satu asrama dan 1 unit gedung pembelajaran. Lalu saat ini kami sudah memiliki 10 gedung asrama dan 10 gedung pembelajaran,” jelasnya.

Dalam menjalankan sistem pendidikannya, jelas Halim, Al Zaytun memadukan sistem pendidikan
berbasis tradisional maupun kontemporer. Hal itu dilakukan, tambahnya, untuk membangun wawasan
berpikir para santri yang modern sekaligus ikut menguatkan akar pemikiran tradisional yang bertumpu kepada ajaran Islam yang rahmatan lil alamin. “Tradisional dan kontemporer dipadukan secara berimbang,” ujar Halim. Kunjungan delegasi PEWARNA Indonesia ke Pondok Pesantren Al-Zaytun juga dilakukan dalam rangka pemberian Apresiasi PEWARNA Indonesia (API) kepada lembaga pendidikan ini, yang akan diselenggarakan pada 29 Maret 2019 mendatang, di Kota Bandung.

PEWARNA Indonesia menilai Pondok Pesantren ini telah memberikan dampak positif yang nyata di tengah masyarakat Indonesia, khususnya dalam mempertahankan nilai keberagaman dan perdamaian, di dalam bingkai Pancasila.

Related Posts:

David Cakra, Gembala GBI Sukawarna Sambut Baik Penyelenggaraan API


KAIROSPOS, Bandung - Melanjutkan agenda tahunan pemberian apresiasi pada tokoh nasional dan sahabat PEWARNA (Persatuan Wartawan Nasrani) Indonesia rutin sudah dilaksanakan seperti tahun 2018 diselenggarakan  di Hotel Sharon Seminyak Bali.

Pada tahun 2019 ini penyelenggaraan Apresiasi PEWARNA Indonesia (API) siap dilaksanakan pada 29 Maret 2019.   Persiapan penyelenggaraan API sudah dilakukan sejak Selasa (26/02/2019). Ketika meninjau sejumlah lokasi yang akan digunakan untuk mendukung acara pemberian apresiasi kepada sejumlah figur yang telah menunjukan dedikasinya di dunia Kekristenan Indonesia itu, PEWARNA Indonesia berkesempatan untuk bertemu langsung dengan Gembala Gereja Bethel Indonesia (GBI) Sukawarna, Kota Bandung, Pdt. David Cakra. Saat ditemui PEWARNA di ruang kerjanya,

David Cakra menyambut baik ikhtiar yang dilakukan oleh PEWARNA Indonesia dalam mengapresiasi atas capaian yang telah dilakukan oleh sejumlah figur Kristiani di pelbagai bidang.
“Sebuah tradisi di bangsa kita ini ada yang perlu dirombak. Kita kurang memberikan apresiasi kepada
tokoh-tokoh yang sudah berjasa kepada bangsa ini.

Mungkin sejak dari jaman penjajahan bangsa Belanda, apresiasi ini kurang. Sehingga kita perlu memiliki sebuah terobosan untuk mengapresiasi orang-orang yang berjasa,” ujar David didampingi seorang hamba Tuhan yang giat melayani kaum marjinal di Kota Bandung, Pdt. Lukman Pandji.

David kemudian melanjutkan, saat ini masyarakat memang terkadang kurang menghargai arti dari
sebuah prestasi. Terlebih, bagi pengukir prestasi yang telah mengharumkan nama bangsa.
“Contohnya pahlawan olahraga, bulu tangkis misalnya. Padahal mereka mengharumkan nama bangsa
ini. Jadi memang harus ada suatu perbedaan, dan ini sangat bagus. Sebagai anak bangsa harus ada
sebuah kemajuan di dalam sebuah tatanan yang perlu diperbaiki,” jelasnya.

Kunjungan PEWARNA ke GBI Sukawarna dalam rangka persiapan API dipimpin oleh Ketua Umum
PEWARNA Indonesia, Yusuf Mujiono. Selain ke GBI Sukawarna, PEWARNA juga berkesempatan untuk mengunjungi Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat pada keesokan harinya. Apresiasi PEWARNA Indonesia juga akan diberikan kepada lembaga pendidikan berbasis agama, karena peranannya dalam mengawal toleransi dan perdamaian, khususnya di lingkup Jawa Barat seperti pesantren Al-Zaitun di Indramayu Jawa Barat.


Related Posts:

MA Tolak Kasasi Kasus Ijazah Palsu Matheus Mangentang



KAIROSPOS.COM, Jakarta - Mahkamah Agung RI melalui putusan perkara nomor 3319K/PID.SUS/2018 menolak permohonan Kasasi banding yang diajukan ke Mahkamah Agung (Kasasi)  oleh Matheus Mangentang  Rektor dan ketua Yayansan STT SETIA ( Sekolah Tnggi Teologia Arastamar ) pada  akhirnya ditolak oleh Majelis Hakim pada 13 Februari 2019. Dengan demikian   keputusannya sudah  Inkrah. Sebelumnya pihak Mangentang mengajukan surat banding pada 27 Desember 2018 dan diterima majelis 14 Januari 2019 lalu diputuskan sebulan kemudian.
  
Menurut Karo Humas MA Abdullah SH.MS. , ”Saat ini  Surat putusan tersebut masih proses Moritesi ( Pengetikan Putusan ) sebelum diserahkan  kekejaksaan untuk ditindaklanjuti yang rencananya secepat mungkin  dan sudah divonis Pengadilan Negeri Jakarta timur pada Juli 2018 dengan masa hukuman 7 tahun telah ditetapkan juga oleh Mahkamah Agung ( MA ) , dimana perkara bandingnya ditolak oleh Majelis Hakim MA” terangnya.

Keputusan Vonis ini tetap sama dengan putusan Pengadilan Negeri Jakarta Timur yaitu 7 tahun yang digelar pada juni 2018 Tahun lalu.  Sebelumnya MM pernah mengajukan  banding pada Pengadialn Tinggi Negeri Jakarta namun ditolak juga.

Selanjutnya Pdt. Yus Selly M.Pd. K.  sebagai juru bicara pihak penggugat yang kami temui ditempat terpisah mengatakan akan mendorong MA mengirim salinan putusan MA   kepada pihak pengaju PN Jakarta Timur agar secepatnya melakukan eksekusi Putusan Mahkamah Agung yaitu penahanan. Yus Selly juga menyampaikan akan melakukan gugatan perdata yaitu ganti rugi terhadap para guru guru korban ijazah palsu yang berjumlah 600 orang. “Putusan Kasasi ini akan dipakai sebagai barang bukti tuntutan ganti rugi” kata Iyus. Saya secara khusus berterimakasih pada Karo Humas MA Abdullah SH. MS bersedia mendengar kesaksian kami dalam penyelesaian nasib guru guru agama kami, terang Iyus pada awak media Kristiani.

Frans Ansanay sebagai Majelis Tinggi GKSI (Gereja Kristen Setia Indonesia) dan sebagai kuasa penggugat mengatakan “Setelah Kasasi ditolak MA, maka proses hukum akan berlanjut terus, dan secara pribadi saya mengadakan proses rekonsiliasi sudah tidak ada lagi, karena proses itu sudah dilakukan cukup lama. Semua persoalan dibawa keranah hukum, siapa yang sah menggunakan nama GKSI adalah pihak pengadilan, konteks persoalan penyelesaian perkara adalah ditangan pihak GKSI sendiri bukan dipihak lain. Kami juga akan meminta pertanggung jawaban keuangan, asset gereja pada Matheus Mangentang” ungkap Frans Ansanai.

Frans Ansanay menambahkan  Bahwa masalah ijazah yang merugikan guru2 dan hamba Tuhan GKSI serta ada  juga kasus2 lain selama sdr Matheus Mangentang sebagai ketua Sinode kira-kira 28 thn sebelum digantikan oleh pdt Marjiyo inilah yg menjadi d awal perpecahan sinode gksi yg kemudian Sidang Istimewa Sinode GKSI menonaktifkan sdr Matheus Mangentang. Sinode GKSI menjadi dua karena sdr Matheus Mangentang tidak mau mempertanggung jawabkan semua masalah yangg diminta untuk diselesaikan secara baik-baik. Sdr Matheus Mangentang mengajak sebagian kecil kelompoknya terus menggunakan nama GKSI yang dipimpin sdr Matheus Mangentang. 

GKSI pimpinan Pdt. Marjiyo akan melakukan langkah-langkah hukum terkait dualisme sinode GKSI ini dengan semua data yang sudah disipkan. Ada lagi 2 kasus hukum yang sedang dalam proses yaitu pelanggaran UU ITE dan Pembukaan Cabang Prodi PGSD yang juga melanggar UU Sisdiknas. Sudah siap dinaikkan oleh penyidik polisi ke tahap P21. Semoga kedepan Sinode GKSI akan pulih setelah pihak-pihak yang tidak mau rekonsiliasi itu digugurkan status mereka secara hukum.

Sampai berita ini diturunkan kami masih menunggu konfirmasi dari pihak Matheus Mangentang.  

Related Posts:

Manajemen HMT Mohon Maaf Atas Penundaan Keberangkatan Tour Ke Israel

Kairospos.com, JAKARTA-Manajemen PT. Hidup Makmur Terencana (HMT Tour and Travel) menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada para peserta peziarah rohani asal Indonesia lantaran tertunda masuk ke negara Israel, yang semestinya berangkat tanggal 22 Februari 2019. Penundaan keberangkatan tersebut disebabkan oleh ketidaksesuaian paket tur yang awalnya disepakati antara agen di Israel dengan HMT Tour and Travel.
Demikian yang tertulis dalam Pers rilis yang diterima kairospos, Sabtu (23/2/2019).

Menurut pimpinan HMT, Ronny Tambayong, penundaan tersebut juga sangat berdampak terhadap operasional HMT. “Kami mohon kepada member (anggota) HMT agar memberikan waktu kepada kami untuk menyelesaikan kendala-kendala yang terjadi di negara Israel dan pihak manajemen HMT akan bertanggungjawab untuk menjadwalkan keberangkatan 6 bulan ke depan” tulis rilis yang ditandatangani kuasa hukum dari PT HMT Tour and Travel ini.
Disampaikan pula, bagi anggota yang telah mendaftar dan memutuskan untuk tidak berangkat lantaran adanya penundaan ini, pihak HMT akan memproses pengembalian dana (refund). “Silahkan bagi member yang mau refund untuk menghubungi manajemen HMT,” ujar Ronny seperti tertulis dalam Pers rilis.

Related Posts:

Persaingan Politik Internasional dan Panasnya Politik Dalam Negeri

Rasanya kita sepakat, pilpres tahun ini lebih “menegangkan” dibandingkan pilpres tahun-tahun sebelumnya. Belum pernah saya melihat di media sosial  sedemikian ramainya opini, berita dan informasi yang menjatuhkan salah satu paslon. Saat ini saya mesti ekstra hati2 membaca berita di medsos, untuk memastikan bahwa informasi yang saya baca bukanlah hoax.

Sebelumnya, saya berpikir pilpres hanya sekedar “permainan” Politik di dalam negeri. Syukur2 sebuah pesta demokrasi. Tapi setelah diskusi dengan berbagai narasumber yg saya anggap kompeten, saya makin yakin ada kekuatan eksternal yang (kembali) memainkan perannya untuk mendapatkan kekuasaan atau setidaknya keuntungan dari situasi politik dalam negeri saat ini. Mengingat dari dulu nusantara ini merupakan wilayah yg selalu diperebutkan kekuatan luar.

Dari pengamatan saya yang lebih diwarnai teori-teori Hubungan Internasional, makin jelas bahwa politik internasional sangat mempengaruhi politik nasional suatu negara.

Sebagai gambaran saja, dalam lima tahun terakhir ini, Amerika Serikat (AS) semakin melihat China sebagai ancaman. Dari sisi ekonomi, dengan Belt and Road Initiative (BRI) atau sebelumnya dikenal dengan One Belt One Road (OBOR) sejak tahun 2013, China lebih banyak diterima oleh negara-negara di kawasan Asia dan Afrika karena memberikan investasi dan pinjaman tanpa aturan berlebih, seperti isu HAM atau lingkungan yang dijadikan alasan oleh AS dan negara-negara Uni Eropa.

Belum lagi perang dagang antara AS dan China akibat banyaknya barang buatan China yang dijual di pasar internasional dengan harga murah serta memukul perekonomian AS belakangan ini.

Dari sisi militer, anggaran belanja alutsista China terus meningkat sejak akhir tahun 1990, terutama untuk kekuatan lautnya. Pemerintah China menggunakan justifikasi modernisasi persenjataan dan menjaga keamanan wilayah mereka khususnya wilayah laut untuk mengembangkan kekuatan militer mereka. Bagi beberapa negara, kebijakan militer China ini menjadi ancaman, terutama  AS dan sekutunya.

Apalagi sejak China mengklaim hampir 90% wilayah Laut China Selatan sebagai miliknya, AS dengan tegas menunjukan perlawanannya dengan alasan “freedom of navigation” lalu mengeluarkan kebijakan “US Rebalancing Strategy” atau “US Pivot in Asia Pacific” pada tahun 2011 untuk mengimbangi kekuatan China yang dianggap terlalu dominan di kawasan Asia Pasifik.

Belakangan dengan menguatnya minat sejumlah negara untuk memperkuat kerjasama dan konektivitas di kawasan Indo-Pasifik, Indonesia menjadi wilayah yang semakin strategis karena berada di pusat dan jalur perlintasan utama yang menghubungkan perekonomian negara-negara di wilayah Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.

Dari sini bisa dipahami, jika AS kemudian melihat pentingnya memainkan politik di dalam negeri Indonesia, sebagaimana yang dia mainkan di Timur Tengah, untuk mengamankan kepentingannya ketika berhadapan dengan China, sekaligus mendapatkan keuntungan dari posisi strategis Indonesia. Isu “PKI”, “pekerja China” dan “antek asing” hanyalah satu psywar yg mulai ditiupkan untuk menjatuhkan pemerintahan yang sengaja "diframing"  pro kebijakan BRI China.

Menjadi menarik ketika kemudian hal-hal ini dikaitkan dengan sejarah mengenai keterlibatan AS dalam upaya menjatuhkan Soekarno pada tahun 1965. Akankah sejarah terulang?

Bagi saya, rakyat Indonesia mestinya sudah lebih cerdas dan harus menolak untuk diadu domba kekuatan asing yang ingin menguasai dan mengeruk keuntungan di Indonesia.

Meminjam slogan Xi Jinping “Asia is for Asian People”, saya cuma mau ingatkan bahwa “Indonesia is for Indonesian.” Pilpres yang akan datang seharusnya mendatangkan keuntungan bagi rakyat Indonesia. Jangan salah pilih, jangan golput dan jangan biarkan kekuatan asing menggunakan kekacauan politik menjadi kendaraan untuk kekuasaan dan keuntungan mereka. Apalagi dengan memanfaatkan isu-isu agama dan radikalisme.

Salam Indonesia Damai ☺

Angel Damayanti
Dosen & Pengamat HI

Related Posts:

Ngabalin: Setiap Orang Harus Menunjukan Identitas Sebagai Nasionalis



KAIROSPOS.COM, Jakarta- Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Dr. Ali Mochtar Ngabalin M.Si, mengatakan kemerdekaan Indonesia diraih melalui perjuangan orang-orang yang datang dari beragam suku, agama dan bahasa. Oleh sebab itu setiap Warga Negara memiliki sebuah kewajiban yang sama untuk mewarisi dan melanjutkan semangat nasionalisme yang telah ada sejak masa kemerdekaan itu. Hal ini diungkap Ngabalin saat menerima kunjungan pengurus Persatuan Masyarakat Kristen Indonesia Timur (PMKIT) di KSP, Kamis siang (21/02/2019).

"Karena setiap orang harus menunjukan identitas dirinya sebagai seorang nasionalis. Kita tinggal di Negara Indonesia, maka kita adalah seorang nasionalis. Karena negeri ini ditebus oleh banyak jiwa dengan berdarah-darah tanpa melihat golongan," ujar Ngabalin.

Ngabalin juga meminta agar semangat nasionalisme menjadi sebuah nilai yang ikut dipopulerkan oleh PMKIT dalam berorganisasi. Karena, lanjutnya, pemahaman kebangsaan ini juga diajarkan oleh semua agama di Indonesia, khususnya dalam bingkai persatuan.

"Kita harus jaga baik Negara ini. Karena tidak hanya di Islam, tetapi di Katolik, Protestan, Hindu, Budha banyak juga yang mengajarkan nasionalisme," imbuhnya.

Kedatangan pengurus PMKIT dipimpin langsung oleh sang Ketua Umum, Pdt. Wilhelmus Latumahina. Dalam penjelasannya kepada Ngabalin, Wilhelmus berkata organisasi yang telah 22 tahun berkiprah itu lahir karena keterpanggilan masyarakat Kristen dari bagian Timur Indonesia untuk terus mengawal kehidupan berbangsa di Tanah Air.

"Kita ini dari tahun 1997, pada dasarnya bermitra dengan pemerintah. Tujuan utamanya adalah menjaga dan mengawal 4 Pilar Kebangsaan bersama dengan pemerintah. Sebab tidak sedikit juga kelompok-kelompok yang mau mengganggu ini," ucap Wilhelmus.

Merespon Wilhelmus, Ngabalin kemudian menjelaskan, bahwa kehadiran setiap organisasi yang mengusung semangat kebhinekaan perlu mendapatkan dukungan. Terlebih, dewasa ini bangsa Indonesia tengah menghadapi sebuah tantangan besar yang berpotensi menimbulkan masalah kerukunan antar umat beragama, yakni permasalahan intoleransi. Untuk itu dia menegaskan bahwa pihaknya siap untuk menjalin kerjasama lebih lanjut.

"Bikin seminar, jadi ada sumbangan pikiran dari Persatuan Masyarakat Kristen Indonesia bagian Timur tentang Kawasan Ekonomi Khusus, tentang representasi anak-anak Indonesia Timur. Bapak siapkan anak-anak muda Kristen, tetapi siapkan juga sedikit ruang bagi anak-anak Katolik dan Islam," pinta lulusan Universitas Al-Azhar, Cairo, ini, kepada PMKIT.

Ngabalin juga menyampaikan, selaku pengikut Islam adalah sebuah kebanggaan bagi dirinya bila diundang umat Kristen untuk berbicara seputar upaya memelihara kerukunan antar umat beragama maupun tentang semangat persatuan.

"Jangan lupa, kalau orang Islam diundang oleh orang Kristen, maka dia akan jalan dengan dada terbuka. Dia akan bangga bisa diundang oleh orang Kristen," ungkapnya.  Acara silaturahim ini difasilitasi PEWARNA Indonesia (Persatuan Wartawan Nasrani) dengan Ketua Umumnya Yusuf Mujiono.

Persatuan Masyarakat Kristen Indonesia Timur berdiri sejak tahun 1997. Kini, organisasi ini telah hadir di 17 Propinsi. Dalam perjalanannya, PMKIT tercatat ikut ambil bagian dalam proses penyelesaian konflik horisontal yang terjadi di Ambon. Atas peran aktif itulah PMKIT pernah menerima penghargaan dari Presiden ke-5 Republik Indonesia Hj. Megawati Soekarnoputri.



Related Posts:

Kesbangpol DKI, Selenggarakan Seminar Peningkatan Kerukunan Umat Beragama


Cisarua Bogor - Biro Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Pemda DKI Jakarta menyelenggarakan seminar Peningkatan Kerukunan Umat Beragama Angkatan I Tahun 2019 pada hari Rabu (20/02/2019) sd Jumat (22/02/2019) di Hotel Griya Astoeti Cisarua Bogor.

Acara dimulai dengan pembacaan laporan panitia yang disampsikan ketua panitia Ridwan Muslih, dilanjutkan dengan sambutan Plt Ketua Kesbangpol DKI Drs. Taufan Bakrie MSI. Dalam sambutannya Taufan meminta semuaa ormas yang ikut serta dalam seminar ikut serta proaktif mengajak masyarakat DKI Jakarta menjaga kerukunan umat beragama khususnya dalam Pilpres 2019. Taufan berpesan agar peserta seminar proaktif mengajak masyarakat menggunakan hak pilihnya pada Pilpres, Pileg, dan Anggota DPD DKI Jakarta pada tanggal 17 April 2019.

Sesi ceramah dan diskusi disampaikan oleh Prof. Dr. Firdaus Syam, MS. Dosen pasca sarjana Universitas Nasional, dengan topik bahasan Revitalisasi Demokrasi Beradab pada Kampanye Pilpres 2019. Dengan moderator Pdt. Mawardin Sega ( Sekjen Muki). Bang Fir panggilan akrabnya membawakan topik ini dengan menarik mulai dengan persoalan yang kerap terjadi di masyarakat. Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas sama dengan luas wilayah dari London Inggris sd Ankara Turki melalui 23 negara. Dengan banyak kekayaan alam dan budaya leluhur dengan keadaban dan estika yang tinggi seperti budaya Jawa" terangnya.

Indonesia bagaikan segenggam tanah yang jatuh dari sorga ke bumi Nusantara, itu perumpaan kyai NU yang terkenal terangnya. Diperlukan kampanye lebangsaan nasionasional baik dalam bidang budaya leluhur maupun bidang produksi nasional. Konsep bela negara harus segera diwujudkan untuk menangkal idiologi asing, proxy war, ujaran kebencian. Membangun Orpol yang baik harus dimulai dengan membangun Ormas yang baik dengan kaderisasi yang baik akan menghasilkan Orpol yang baik dan memiliki estetika dan keadaban yang baik bila kelak menjadi anggota parlemen " Pungkasnya.

Penulis : Thony Ermando,

Related Posts:

FGD PEWARNA Jakarta Bahas Komitmen Caleg Nasrani Mengawal Toleransi

Kairospos.com, Jakarta- Persatuan Wartawan Nasrani Indonesia (PEWARNA) Wilayah DKI Jakarta pada Kamis siang (07/02/2019), kembali menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD). Kali ini tema yang diangkat adalah "Komitmen Caleg Nasrani Berjuang Untuk Toleransi", bertempat di Kantor Yayasan Komunikasi Indonesia (YAKOM), Matraman, Jakarta Timur.

Pada FGD kali ini PEWARNA DKI Jakarta menghadirkan sejumlah Calon Anggota Legislatif dari berbagai partai politik yang akan bertarung di Pemilu 2019, April mendatang.

Acara dimulai dengan doa yang dipimpin oleh Pengurus Pusat Asosiasi Pendeta Indonesia, Pdt. Hary Saragih, kemudian dilanjutkan dengan sambutan singkat tuan rumah, yakni Wakil Sekretaris YAKOM Indonesia Theo Soolany.

Theo mengawali dengan memberi sedikit penjelasan terkait peran YAKOM di tengah kemajemukan bangsa.

"Yayasan ini senantiasa melakukan aktivitas semacam ini, berdiskusi, membukukan, memberikan masukan-masukan kepada pemerintah. Yayasan ini juga memiliki 34 perwakilan di seluruh Indonesia. Perwakilan itu meliputi semua Propinsi," papar Theo.

Lebih lanjut, Theo ikut mengemukakan bahwa YAKOM sendiri sejak awal berdirinya telah menjadi sebuah wadah potensi Kristen, sekaligus mitra kritis pemerintah di era pembangunan.

"Kita menghimpun semua potensi Kristen dalam pemikiran untuk kita berikan masukan kepada pemerintah, agar pemerintah tetap berjalan di dalam rel pembangunan, agar pemerintah juga berkomitmen terus menjadikan Pancasila sebagai dasar negara yang mempersatukan Indonesia," katanya lagi.

Staf Ahli Deputi IV Kantor Staf Presiden yang membidangi Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi, Agustinus Eko Rahardjo (Jojo), didaulat untuk memoderasi forum yang dihadiri oleh wartawan, hamba Tuhan dan kalangan profesional tersebut.

Kesempatan pertama pemaparan visi dan komitmen dalam mengawal toleransi, diberikan Jojo kepada caleg DPR-RI dari Partai Demokrat Harti Hartidjah SE. Harti kemudian membuka FGD dengan menuturkan bahwa komitmen menjaga toleransi memang harus menjadi konsentrasi dari setiap Caleg Kristen yang terpilih nantinya.

"Toleransi tidak boleh sebatas slogan. Toleransi harus ditunjukan dengan sikap care tanpa menunjukan identitas agama dan latarbelakang," ujar Harti.

Sementara itu calon legislator DPRD Kota Bekasi dari Partai Gerindra Dra. Jeane Ivonny. B. Sumampouw lebih memberikan penekanan kepada pentingnya pengawalan kelangsungan bertoleransi di tingkatan lokal. Caleg Nomor 2 dari Dapil 1 Kota Bekasi itu menegaskan bahwa semangat nasionalisme harus menjadi nilai yang dipegang oleh seorang politisi Kristen dalam melayani masyarakat nanti. Selain itu, lanjut Ivonny, yang harus menjadi fokus dari tiap anak Tuhan di badan legislatif nanti adalah menyadari panggilan misi untuk menggarami dan menerangi dunia, melalui cara melawan ketidakadilan yang terjadi di sekitar mereka.

"Kita Negara Pancasila. Tuhan mengutus kita untuk menjadi garam dan terang, walaupun kita kecil. Saya punya misi, karena saya melihat ketidakadilan untuk kaum kita. Saya ingin di Kota Bekasi, di DPRD Tingkat II. Kita harus setia dulu dengan perkara-perkara kecil," ujar Ivonny.

Ivonny juga memberikan sebuah gambaran nyata terkait perjuangan dalam mengawal toleransi di Kota Bekasi, khususnya dalam hal mengawal perizinan pendirian rumah ibadah.

"Di Bekasi itu ada 14 gereja GPIB, yang belum mendapatkan ijin mendirikan bangunan ada 6 gereja. Melihat itu, saya tergerak untuk menyelesaikan perkara-perkara kecil dulu," kata jemaat GPIB Gloria, Bekasi, ini.

Mewakili kaum milenial yang juga akan maju sebagai calon legislator adalah aktivis anti penyalahgunaan narkoba, Richard Nayoan. Dalam hal mengonstruksi pola hidup yang toleran di tengah masyarakat, Richard melihat bahwa dibutuhkan anak Tuhan yang mau membidani regulasi-regulasi yang berpihak kepada kepentingan semua golongan.

"Kenapa tidak kita banjiri Kebon Sirih ini dengan anak-anak yang takut akan Tuhan, sehingga kita bisa melahirkan regulasi yang menjunjung tinggi toleransi yang berpihak kepada semua kalangan," ujar Richard yang maju melalui Partai Nasional Demokrat.

Related Posts: